Conditional Happiness Vs. Unconditional Happiness

Mari kita berandai-andai. Kalau saat ini juga teman-teman diberikan 2 pilihan yang dapat dikabulkan menjadi kenyataan saat ini juga, yaitu :

  1. You live happily ever after. Dengan kata lain, menjadi orang paling bahagia di dunia. Level kebahagiaan meningkat secara signifikan, yang artinya teman-teman merasa lega tanpa beban, merasa baik akan diri sendiri, stres menurun drastis, keeratan hubungan dengan teman dan keluarga meningkat, rasa penyesalan/bersalah/kemarahan menurun drastis (semoga kalau bisa malah menghilang), ceria, pikiran positif dan optimisme mengisi otak teman-teman.
  2. Dapat 2 milyar rupiah. DIBAYAR TUNAI.
bahagia mendadak vs. kaya mendadak

bahagia mendadak vs. kaya mendadak

Coba jujur dengan diri kita sendiri dalam mempertimbangkan pilihan, toh teman-teman baca ini sendiri dan tidak perlu memilih dengan berteriak di tempat umum, jadi tidak akan ada yang tahu juga.

Sekarang apa pilihan teman-teman? Terus terang, saya yakin hampir sebagian besar dari kita memilih mendapatkan uang 2 milyar sekarang, dibandingkan mendapatkan kebahagiaan. Mengapa? Apa yang membuat uang tunai 2 milyar lebih menggiurkan?

Biasanya alasan orang-orang memilih uang 2 milyar, karena :

  1. KAPAN LAGI??!!!
  2. Uang jelas lebih nyata, bisa dipegang, dilihat bentuk fisiknya, dan hasilnya dapat langsung digunakan. Kalau kebahagiaan kan tidak terlihat dan tidak bisa terukur, lagipula saya baik-baik saja.
  3. Uang 2 milyar bisa membawa kebahagiaan juga, karena kita bisa melakukan dan membelanjakan barang-barang yang akan buat kita bahagia.
  4. Bahagia itu tidak bisa bertahan selamanya, pasti naik turun. Uang sebanyak 2 milyar di lain pihak bisa untuk investasi, deposito atau ditabung sehingga bisa lebih bertahan lama.

Poin #1

“KAPAN LAGI??!!”

Ya benar sih… Saya sebagai trainer kesehatan psikologis pun akan berpikir sangat panjang jika harus memilih ini, karena dapat 2 milyar kapan lagi?!! Tetapi yang perlu kita ingat, jika kita bilang kapan lagi dapat 2 milyar mudah, argumen yang sama juga bisa dikatakan untuk pilihan pertama.

Kapan lagi kita akhirnya bisa jadi orang paling bahagia di dunia? Bukankah menjadi bahagia itu tujuan kita semua sebagai manusia? Kalau iya, kapan lagi bisa jadi bahagia semudah ini?

Poin #2

Bahagia itu tidak terlihat.

Semua orang tahu bahwa kita butuh minum vitamin untuk tetap sehat. Pertanyaan saya, pernahkah kita lihat secara langsung secara kasat mata khasiat vitamin terhadap tubuh kita? Kalau obat, jelas terlihat. Sakit kepala, minum aspirin langsung reda sakit kepalanya. Kalau minum vitamin? Tahu dari mana tubuh kita segar dan sehat karena vitamin yang kita minum bukan karena makanan yang kita makan atau karena sering olahraga?

Yakin yang diminum sama Robin Van Persie itu berkhasiat?

Yakin yang diminum sama Robin Van Persie itu berkhasiat?

Ketidakmampuan kita melihat khasiat vitamin tidak menutup keyakinan kita terhadap vitamin, karena semua jurnal kedokteran dan penelitian medis menunjukkan bahwa vitamin berkhasiat. Hal ini membuat kita percaya akan vitamin. Demikian juga dengan kebahagiaan. Penelitian dari bidang psikologi sudah banyak yang menunjukkan bahwa kebahagiaan jelas berkhasiat. Memang tidak terlihat khasiat dampaknya secara langsung dibanding uang, tetapi tentu jelas khasiatnya ada.

Kalau kebahagiaan yang tidak terlihat itu memang tidak berkhasiat sama sekali, mengapa semua orang mencarinya?

Mengapa psikolog dicari oleh mereka yang sangat terbebani masalah hidup?

Mengapa kita berusaha mencari tempat curhat ketika sedang susah?

Semua itu kita lakukan karena secara sadar mau pun tidak, kita tahu bahwa kita membutuhkan kebahagiaan lebih dari apapun.

Poin #3

“Kebahagiaan itu tidak ada yang bisa bertahan lama.” ini adalah salah satu mitos tentang kebahagiaan. Jika teman-teman berpikir dan berkeyakinan bahwa kebahagiaan tidak bisa selamanya, maka mungkin teman-teman keliru dalam mendefinisikan kebahagiaan. Kenyataannya adalah kebahagiaan bisa bertahan lama bahkan permanen, asalkan kita tahu apa yang harus dilakukan. Mau tahu bagaimana caranya, makanya baca tulisan ini sampai akhir. Tapi satu yang jelas, cara buat bahagia yang permanen, sudah pasti belanja bukan salah satunya! –dan kita masuk ke poin selanjutnya–

Poin #4

Belanja pada taraf tertentu memang dapat membawa kebahagiaan, sepertinya saat saya beli smartphone saya yang sekarang ini. Bahagia dan senang, tapi hanya untuk beberapa saat saja. Sekarang, level kebahagiaan saya sudah kembali normal.

Kebahagiaan yang diperoleh melalui belanja barang tidak pernah bertahan lama.

Membeli kebahagiaan?

Membeli kebahagiaan?

Namun pemahaman bahwa belanja membawa kebahagiaan adalah pola pikir umum yang sudah mengakar pada masyarakat menjadi sebuah paradigma. Kalau beli barang ini atau itu, baru kita akan bahagia. Pola pikir ini tidak berhenti pada masalah belanja saja, tetapi berlaku di segala aspek hidup.

  • Saya bahagia, Kalau saya bisa nilai A.
  • Saya bahagia, Kalau saya bisa dapatin dia sebagai pasangan.
  • Saya bahagia, Kalau saya naik pangkat/gaji.
  • Saya bahagia, Kalau saya keluar dari pekerjaan ini.
  • Saya bahagia, Kalau saya diakui banyak orang.
  • Saya bahagia, Kalau saya punya banyak uang.
  • Saya bahagia, Kalau saya jadi anggota DPR-RI.

Ada yang bisa melihat pola yang terus berulang di atas?

Ya, benar!!

Kalau… kalau… kalau… kalau… dan kalau…

Kebahagiaan kita bersyarat. Kebahagiaan yang bersyarat inilah yang disebut dengan conditional happiness. Pola pikir ini merupakan sebuah paradigma masyarakat yang diwariskan sejak masih kecil dari generasi ke generasi. Orangtua dan keluarga kita menanamkan pola pikir ini, sekolah dan guru-guru juga, lingkungan pertemanan juga, bahkan oleh para motivator.

Ajaran dari lingkungan masyarakat kita tentang rumusan bahagia yaitu tiada kebahagiaan tanpa kesuksesan material. Kesuksesan material akan mengantarkan kita pada kehidupan yang bahagia. 

Rumusan kebahagiaan versi sebagian besar penghuni bumi

Rumusan kebahagiaan versi sebagian besar penghuni bumi

Conditional happiness membuat kita menaruh kebahagiaan kita pada kondisi eksternal (bisa orang lain atau benda material). Kontrol kebahagiaan diri kita bukan pada diri kita. Ketika kita menaruh kebahagiaan kita pada kondisi eksternal, maka ketika kondisi itu berubah, maka kebahagiaan kita hilang bersama perubahan tersebut.

Contoh kita menaruh kebahagiaan kita pada uang, ketika kita kehilangan uang kita tidak akan pernah bahagia.

Contoh lain, kita menaruh kebahagiaan pada pasangan kita. Lalu karena disebabkan satu dan lain hal, kita akhirnya berpisah dengan pasangan kita, maka kita akan menjadi sangat sedih. Bahkan mungkin sedih yang berlebihan.

Perlu kita ingat, kebahagiaan yang sejati tidak datang dengan syarat!

Quote SB - happiness paradox

Kebahagiaan tanpa syarat disebut dengan unconditional happinessUnconditional happiness berarti kita mengambil kontrol atas kebahagiaan kita sendiri. Kita tidak lagi meletakkan kebahagiaan kita pada kondisi eksternal. Pernyataan yang menggambarkan unconditional happiness walaupun dalam kondisi apapun, kita bisa tetap bahagia. 

Bagaimana caranya memperoleh kebahagiaan yang tidak bersyarat ini? Caranya adalah dengan berusaha mengeluarkan kebahagiaan yang sudah ada dalam diri kita. Ada 4 hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan kembali kebahagiaan dalam diri kita.

1. Menemukan kembali makna hidup kita

Apa yang ingin kita lakukan dengan hidup kita? Apa tujuan saya bekerja/sekolah? Apa nilai lebih saya bagi keluarga dan teman? Jawablah pertanyaan tersebut, maka mungkin akan membantu teman-teman dalam menemukan makna hidup.

Berilah makna pada hidup dengan sebuah tujuan

Berilah makna pada hidup dengan sebuah tujuan

2. Berani mendengar dan mengikuti panggilan hati kita

Apabila kita suka bermusik, bermusiklah. Jangan bermusik demi tujuan mencapai kesuksesan, tetapi bermusik karena kita cinta bermusik. Kebahagiaan adalah perjalanan dalam mengikuti panggilan hati kita. Ketika kita serius dan melakukan hal yang terbaik pada kegiatan/profesi yang menjadi panggilan hati kita, maka jangan khawatir soal kesuksesan materi, karena biasanya kesuksesan akan datang mengikuti.

3. Mulailah terhubung kembali dengan lingkungan sosial

Bertemanlah, mendengarkan orang lain dengan lebih baik, banyak memberi dan beramal. Hal ini penting karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Semakin kita mampu terhubung dengan baik dengan lingkungan sosial kita, maka semakin bahagia diri kita.

4. Nikmati momen ini

Seperti yang tertulis pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul Social Media : Connecting People by Disconnecting It!, saya menuliskan bahwa kebahagiaan itu bersifat kekinian / present. Kita tidak bisa menemukan kebahagiaan pada masa yang sudah berlalu ataupun pada hal yang belum terjadi. Oleh karena itu coba fokus dan nikmati setiap momen hidup dalam perjalanan hidup kita. Temukan kedamaian pikiran pada momen sekarang. Quote SB - Savoring The Moment

Kembali kepada pertanyaan awal. Jadi apa pilihan teman-teman?

Hidup bahagia selamanya atau uang 2 milyar?

Berhati-hatilah atas pilihan teman-teman, karena mungkin pilihan yang kalian buat saat membaca tulisan saya ini akan mempengaruhi pola pikir dan jalan hidup teman-teman. Atau mungkin juga bacaan ini hanya akan lewat sekilas di kepala teman-teman.

Tapi apapun yang terjadi, saya mendoakan kita semua dapat memperoleh hidup yang bahagia dan tentunya… uang 2 milyar!

Kastena boshi

Follow me @WilliamSBudiman

3 comments

  1. Oktafyani Searandra · May 6, 2014

    ko, itu salah judul link nya di bagian nomer 4 yang : Social Media : Disconnecting People by Disconnecting It! << kudunya connecting people by disconnecting it kan 😀

  2. Yudi Cahyudi · June 26, 2014

    Nice article, inspiring !

Leave a Reply to Oktafyani Searandra Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.