The Raid 2 Berandal definitely is a mind-blowingly and insanely brutal yet incredibly beauty and awesome action movie that was ever made! EVER!
Bagi teman-teman pecinta film action dan bela diri pasti akan setuju dengan pernyataan saya di atas. Film ini dari segala aspek merupakan sebuah masterpiece, terutama aspek sinematografi, film scoring (penataan musik) dan koreografi. It’s super cool!! Musik dalam film ini dijahit dengan sangat sempurna dan membantu kita merasakan suasana dan emosi dari setiap scene film. Kemudian, ini adalah pertama kalinya saya nonton film action dan terpana dengan angle pengambilan gambarnya dan sinematografinya. Detil-detil kecil dalam film ini diperhatikan dengan sangat telaten. It’s so beautiful!

wonderful cinematography
Terakhir, koreografi bela diri di setiap adegan perkelahian di film ini sangat luar biasa. Saya pecinta film bela diri, saya dapat dengan berbangga hati mengatakan bahwa banyak sekali film bela diri yang sudah saya tonton. Tapi tidak satupun – TIDAK SATUPUN – yang mendekati apa yang disajikan di film The Raid 2. Selama nonton film ini, terutama di bagian perkelahian, saya seringkali menemukan kalau saya menahan napas. Untung saya tidak meninggal.

Beautifully Choreographed Martial Art Fight. By the way, Hammer Girl so beautiful and sexy!!
Bagi saya pribadi, film ini merupakan sebuah berkat bagi dunia perfilman dunia, pecinta film action di manapun dan bangsa Indonesia. The Raid 2 Berandal merupakan sebuah fenomena luar biasa dan hangat di seluruh dunia. Review yang diberikan kepada film ini luar biasa! Bahkan nilai review yang diberikan kepada The Raid 2 Berandal jauh mengalahkan film-film action hollywood terkenal lainnya seperti : Fast & Furious 6 dan The Expendables 2.

Fast & Furious 6 review

The Expendables 2 Review
Bahkan di sebuah website film yang mereview film-film international, yaitu : flixist.com, The Raid 2 mendapatkan nilai 9.7/10. Nilai tertinggi yang pernah didapatkan oleh sebuah film action.

Gareth Evans
Semua prestasi yang diperoleh oleh film The Raid 2 Berandal ini tanpa diragukan lagi telah mengangkat nama Indonesia ke level baru di antara masyarakat global. Paling tidak para penggemar film action di Eropa, Amerika, dan Asia sekarang tahu ada negara yang bernama Indonesia dengan Jakarta sebagai ibukotanya. Dan tanpa diragukan lagi kita harus berterima kasih kepada Gareth Evans, sang Penulis/Produser/Sutradara/Editor dari film ini. Saya angkat topi buat anda Gareth Evans!
Tapi melihat hampir seluruh aspek dikerjakan oleh Gareth Evans, maka sebenarnya kalau boleh jujur-jujuran, The Raid 2 Berandal dan The Raid Redemption itu tidak bisa dikatakan sebagai film Indonesia. Ini adalah film asing yang dibuat di Indonesia dengan cast para aktor Indonesia.
Gareth Evans dengan filmnya The Raid 2 Berandal berhasil menunjukkan kepada dunia dan kepada kita semua bangsa Indonesia, bahwa Indonesia tidak pernah kekurangan kualitas! Selama ini kita seringkali tanpa kita sadari atau bahkan dengan sadar meremehkan kualitas film kita.
Tetapi Gareth Evans menunjukkan hal yang sebaliknya. Indonesia penuh dengan kualitas. Kualitas yang dapat kita sejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bukan hanya pada bidang film saja, menurut saya kualitas bangsa kita itu ada hampir di segala bidang. Fashion, ilmu pengetahuan, olahraga, seni, pariwisata dan masih banyak lainnya.
- Dalam dunia fashion ada Tex Saverio yang mendesain gaun pengantin yang dikenakan oleh Jennifer Lawrence, pemeran tokoh Katnis Everdeen dalam Film The Hunger Games : Catching Fire.
- Bidang pariwisata, siapa di dunia ini yang tidak mengenal nama Bali? Bahkan orang luar negeri lebih tahu nama Bali dibandingkan nama Indonesia.
- Bidang ilmu pengetahuan, siswa-siswa dari Indonesia sudah jadi langganan menang dalam olimpiade fisika/matematika international.
- Bidang olahraga, kita mampu meraih medali emas di olimpiade. Hal itu saja sudah menunjukkan bahwa dari segi atletisme, atlet kita mampu bersaing dengan orang luar negeri.
Sayangnya kualitas-kualitas emas dari Indonesia itu munculnya secara sporadik. Ketidakkonsistenan inilah yang kemudian membuat seakan-akan bangsa kita tidak berkualitas. Benar bahwa bangsa kita memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan bangsa lain, tetapi sayangnya kualitas itu seringkali hanya sebatas pada potensi. Jadi ketika kita hanya terus mengagung-agungkan potensi mentah yang kita miliki tanpa usaha lebih dalam mengoptimalkan potensi tersebut, maka hasil karya kita tidak akan pernah luar biasa.
Untungnya Gareth Evans dengan filmnya bukan hanya menunjukkan bahwa bangsa Indonesia punya potensi kualitas, tetapi The Raid 2 juga menunjukkan apa yang kurang dari bangsa kita, yang selama ini membuat kualitas bangsa kita muncul secara sporadik.
Hal yang kurang dari bangsa kita adalah totalitas!
Dalam dunia perfilman berapa banyak film Indonesia yang benar-benar dikerjakan dengan totalitas seperti The Raid? Banyak sekali film Indonesia yang tahap persiapan, riset dalam penulisan naskah cerita, produksi, dan finalisasinya itu setengah-setengah. Sepertinya dalam buat film itu yang penting jadi, yang penting tidak jelek. Sedangkan The Raid, saat kita nonton pun langsung dapat terlihat seberapa mendetilnya dan besarnya usaha yang diinvestasikan dalam memproduksi film ini. Hasilnya, jelas berbeda kualitasnya!
Kurangnya totalitas membuat banyak sekali hasil karya anak bangsa menjadi setengah-setengah kualitasnya. Ide-ide kita seringkali sama fantastisnya dengan ide-ide impor, tapi persiapan yang kita lakukan seperti investasi energi-uang-waktu-pikiran yang kita berikan hanya setengah-setengah. Pendekatan kita terhadap pekerjaan kita seringkali tidak mendetil, yang penting selesai saja.
Eksekusi ide kita seringkali hanya menggunakan cara termudah bukannya cara terbaik.
Dan kita harus berani mengakui bahwa kita lahir dan tumbuh berkembang dalam budaya mental seadanya. Kita bukan bangsa totalitas. Kita bangsa alon-alon asal kelakon. Sorry to say, but it’s true!
Contoh paling sederhana dari pernyataan saya, dapat kita lihat jelas di youtube. Setiap ada lagu hits terbaru keluar, dalam waktu dekat langsung bertebaran lagu versi cover (dinyanyikan ulang) oleh banyak orang. Dan hasil cover mereka sangat luar biasa sekali. Dari sisi vokal, banyak yang lebih bagus dari penyanyi asli. Dari sisi video klip yang dibuat, video klip yang dibuat sangat bagus sekali. Konsep video unik dan menarik, kualitas suara yang jernih, kualitas gambar yang sudah HD, dan editing video mulus nan unik. Para artis youtube luar negeri itu niat banget!!! Nah kita lihat dari Indonesia. Orang yang berusaha cover lagu juga banyak. Kualitas suaranya juga banyak yang bagus. Nah yang kalah telak dari para artis youtube luar negeri itu dari sisi kualitas video klip yang dibuat.
- Suara rekamannya sangat buruk. Ketahuan itu rekaman di rumah menggunakan rekaman dari laptop atau handycam tanpa ada bantuan dari alat digital lainnya.
- Konsep video sangat “malas”, karena rata-rata cuma pegang gitar dan nyanyi di depan laptop. Bahkan baju yang dipakai saat rekaman sangat sederhana, bahkan mengarah ke kasihan.
- Kualitas video bukan HD.
- Soal editing, tidak butuh editan sama sekali. Begitu video jadi, langsung upload!
Sejauh yang saya tahu, artis youtube yang video klipnya bisa bersaing dengan orang di luar negeri adalah channel milik Gamaliel, Audrey dan Cantika a.k.a GAC. Itupun menurut saya pribadi, masih perlu banyak hal yang ditingkatkan untuk bisa lebih bersaing dengan para artis youtube lainnya, seperti : Kina Grannis, Kurt Hugo Schneider, Sam Tsui, Jayesslee, dan masih banyak lagi.

Gamaliel Audrey Cantika, salah satu artis youtube Indonesia dengan totalitas.
Saya sering bilang bahwa bangsa Indonesia itu punya delusi grandeur, yaitu punya keyakinan kuat yang salah dan tidak mendasar bahwa dirinya itu luar biasa. Kita selalu meributkan tentang potensi yang bangsa kita dengan seluruh masyarakatnya miliki. Tetapi kita jarang sekali mau bergerak dan membuat potensi tersebut berbuah menjadi hasil yang berkualitas. Sekarang sudah saatnya kita menunjukkan totalitas dalam setiap pekerjaan kita.
Karena saat totalitas usaha kita bertemu dengan kualitas yang kita miliki, maka kita akan menghasilkan suatu yang luar biasa mencengangkan!
Dan ketika sebagai bangsa kita bisa punya mental totalitas, maka sangat yakin saya bahwa Indonesia benar-benar akan menjadi macan asia, sebuah gelar yang selama ini selalu kita sebutkan tanpa benar-benar menghidupi gelar tersebut. Bagaimana cara untuk memiliki mental totalitas? Bagi saya ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan :
1. Berhenti beralasan
Kunci utama totalitas adalah keluar dari zona nyaman. Sedangkan manusia pada dasarnya memiliki ketakutan keluar dari zona nyaman karena daerah luar zona nyaman adalah daerah penuh ketidakpastian. Salah satu senjata manusia untuk tetap berada dalam zona nyaman, yaitu beralasan. “saya realistis.” “saya tidak berbakat.” “kita tidak punya dana dan koneksi.” merupakan contoh-contoh alasan yang seringkali digunakan. Selama kita masih menyimpan dan melestarikan budaya beralasan seperti itu, maka selamanya totalitas bukan bagian dari diri kita.
2. Berkorban dan bekerja lebih keras
Konsekuensi logis dari pilihan untuk melakukan totalitas yaitu kita harus berkorban dan bekerja lebih keras daripada yang sebelumnya. No other ways.
3. Perhatikan hal kecil lebih mendetil
Ciri utama totalitas dalam usaha ialah perhatian akan hal detil. Orang yang total dalam bekerja tidak akan meremehkan hal kecil. Seringkali yang membedakan antara karya masterpiece dan karya ecek-ecek terletak pada hal-hal detil.
4. Menolak atas hasil karya yang seadanya
Jangan pernah puas dengan karya dan pencapaian seadanya kalau kita sendiri tahu bahwa kita bisa lebih baik lagi.
Terakhir. Saya mau membela film The Raid 2 Berandal. Bagi yang merasa aneh adegan Prakoso dibunuh di gang sempit bersalju. Banyak orang yang memprotes dan mengkritik soal salju di Jakarta. Tahukan teman-teman, kalau kalian merasa ada salju di Jakarta itu aneh, karena Jakarta itu negara tropis. Mana mungkin Gareth Evans tidak tahu hal itu!! Dia tinggal di Indonesia. Salju itu adalah simbolisasi dari Gareth Evans. Intepretasi saya, salju itu simbolisasi perasaan Prakoso yang merasa ditinggalkan dan dikhianati. Perasaan dingin. Tetapi di internet, ada yang menuliskan intepretasi lain bahwa salju putih itu menggambarkan kondisi yang tenang, hening, putih, sebentar lagi akan tertumpah darah dan konflik. Jadi bagi kalian yang protes tanpa berusaha mengerti simbolisasinya, mungkin ini sudah saatnya kalian berganti nonton film dokumenter saja, di mana semua adegan dalam film berisi hanya fakta tanpa simbolisasi dan dramatisasi apapun.
Kastena boshi.
follow me @WilliamSBudiman