Pixar Inside Out adalah sebuah film yang luar biasa dari kacamata saya sebagai seorang praktisi di bidang kesehatan psikologis, karena film ini memberikan sebuah penjelasan yang sederhana dan gamplang mengenai kecerdasan emosi. Namun bila kita melihat lebih jauh dan teliti, film Inside Out menunjukkan kepada kita bagaimana seseorang mengalami kehilangan dan depresi, serta bagaimana cara sembuh dari luka tersebut. Saya telah membahas mengenai pembelajaran sederhana mengenai kecerdasan emosi / EQ pada tulisan saya sebelum ini. Sekarang saatnya kita belajar bersama mengenai pelajaran lain yang disuguhkan di film ini, yaitu bagaimana mengatasi sebuah kehilangan dan depresi.
Saya memang bukan seorang terapis klinis yang memfokuskan diri dengan depresi, tetapi dengan profesi saya sekarang, fenomena depresi menjadi sangat dekat dan sering saya temui. Dan setelah saya selesai menonton film ini, terutama setelah menuliskan pelajaran sederhana EQ di tulisan kemarin, saya mendapatkan sebuah pemahaman baru, bahwa film ini menceritakan gambaran besar mengenai kehilangan dan depresi. Bagaimana Riley si tokoh utama, mengalami kehilangan, merasakan depresi dan menjadi lepas dari kondisi tersebut.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saya berhadapan dan mendengarkan cerita dari beberapa teman yang mengalami depresi ringan sampai berat, depresi pada dasarnya terjadi karena terdapat hambatan yang tidak tertangani dengan baik dalam proses berduka atas sebuah kehilangan, mengalami sebuah kegagalan dalam mempertahankan apa yang telah hilang, tetapi belum dapat rela melepaskan. Jadi depresi bisa terjadi karena rasa duka yang berlarut-larut.
Dalam proses ini, membuat seseorang dalam sebuah kondisi kebingungan, di mana ia mulai secara perlahan-lahan mulai kehilangan jati dirinya sendiri. Seorang yang selalu ceria, menjadi pendiam dan pemarah. Seorang yang biasa mementingkan nilai keluarga, pergi meninggalkan keluarga dengan kebencian, dsb. Jika ini terus terjadi kemudian mampu membuat struktur kepribadiaan (dalam film disebut dengan pulau kepribadian) seseorang menjadi rapuh, di mana di film digambarkan Pulau Kepribadian Riley runtuh satu per satu.

Runtuhnya satu pulau kepribadian Riley
Dalam duka kehilangan, biasanya seseorang harus melewati proses shock; pengakuan atas kehilangan yang terjadi, di mana biasa membuka akses terhadap perasaan terluka dan ketidakadilan (marah); perasaan tidak berdaya / depresi atas kehilangan (kesedihan); diakhiri dengan penerimaan bahwa apa yang hilang tidak dapat kembali tapi muncul sebuah harapan baru di mana kita mampu menciptakan sebuah hal positif baru dari awal (kembalinya perasaan bahagia).
Riley melewati seluruh tahapan tersebut. Riley pindah ke kota baru, di mana ia kehilangan semua hal yang ia nikmati dengan sangat dari kota lamanya. Ia kehilangan teman dekat, kehilangan tim hoki es, bahkan ia kehilangan pizza yang ia nikmati (alih-alih malah menemukan pizza brokoli).

Pizza brokoli
Ia mengalami proses shock. Apa yang ia sayangi mulai hilang dari hidupnya. Proses duka dimulai. Hal ini terlihat dari Joy yang selama ini memegang kendali di kepala Riley mulai perlahan kehilangan kemampuan mengendalikan kondisi di kepala Riley, bahkan Sadness mulai perlahan-lahan mengkontaminasi seluruh ingatan bahagia Riley. Riley mulai mengalami kebingungan, ia menangis di kelas. Joy mengalami kesulitan dalam mengendalikan situasi. Puncaknya adalah Joy akhirnya terlempar keluar dari ruang kendali.

Kesedihan mulai mengambil alih ketika proses duka dimulai.
Setelah Joy terlempar keluar, maka proses duka masuk ke tahap selanjutnya yaitu mulai munculnya perasaan dicurangi/tidak adil yang menuntun pada kemarahan. Marah mulai mengambil alih diri kita. Riley mulai melihat semua hal dari kacamata marah, di mana semua hal yang terjadi tidak adil terhadap dirinya. Semua orang dan semua peristiwa melukai dirinya. Respon perilaku yang akhirnya dikeluarkan Riley juga merusak dirinya dan hubungan dengan orang lain.

Kemarahan mengambil alih kendali.
Ketika Riley mulai dikendalikan oleh kemarahan akibat dari perasaan tidak adil yang dirasakannya, ia mulai menimbulkan perilaku destruktif dan terkadang menyerang, terutama kepada orangtuanya yang dianggap paling bertanggung jawab.

Riley meledak di hadapan kedua orangtuanya.
Tetapi ketika orangtuanya bukannya memahami kondisi Riley, malah Riley dipojokkan untuk memahami orangtuanya. Ibunya meminta dirinya bertahan dan memahami ayahnya yang sedang stres. Ayahnya memarahi Riley di ruang makan. Hal tersebut membuat Riley semakin kesulitan melalui proses duka. Karena proses duka sangat dibutuhkan lingkungan yang mampu mendukung dan “berjalan” bersama seseorang dalam melewati setiap proses kehilangan tersebut.
Riley kehilangan hal tersebut. Maka proses berduka Riley terganggu dan mengakibatkan Riley mulai masuk dalam fase depresi. Teman saya yang pernah “menyicipi” kondisi depresi mengatakan bahwa depresi adalah kondisi di mana hal yang dirasakan adalah hopeless dan helpless. Seperti Zombie. hopeless dan helpless membuat seseorang berhenti marah (karena tidak dirasa tidak berguna), tetapi orang tersebut tidak mampu menangis, apalagi tertawa. Hal ini tergambarkan dengan sangat tepat dalam film.

hopeless dan helpless
Anger pada titik tertentu akhirnya tidak lagi mengontrol Riley, bahkan Anger berusaha menghentikan tindakan Riley yang sudah seperti berjalan tanpa kontrol layaknya Zombie (saat Riley berusaha kabur menggunakan bis). Saat itu pula, Joy dan Sadness hilang dari ruang kontrol sehingga Riley kehilangan kemampuan untuk merasakan kesedihan (menangis) dan bahagia (tersenyum).
Bagian terakhir adalah bagian yang sangat penting. Untuk melalui proses kehilangan dengan baik dan kembali dari depresi, kita perlu untuk membiarkan diri kita bersedih agar kebahagiaan dapat kembali. Agar Joy dapat kembali ke diri Riley, ia perlu ditemani oleh Sadness. Ketika sadness mengambil alih, maka Riley mengakui kepada dirinya sendiri bahwa dirinya sedih. Ia membuka diri kepada orangtuanya. Momen inilah yang membuat dirinya akhirnya mampu pulih dan kembali lebih kuat dari proses duka kehilangannya.

Kita butuh orang lain dalam mengatasi kehilangan dan depresi
Sadness atau kesedihan dapat membantu diri kita merefleksikan diri dan menerima bahwa hal yang kita ingin pertahankan memang sudah hilang. Tanpa melalui itu, tanpa ada kesedihan, maka kebahagiaan tidak akan dapat muncul dari sebuah kehilangan. Menerima fakta bahwa yang hilang tidak akan kembali, jujur kepada diri kita bahwa diri kita merasa sedih karena kehilangan tersebut, dan jujur kepada orang terdekat mengenai kesedihan kita serta membuka diri menerima pertolongan dan dukungan orang lain, itu semua adalah terapi diri. Tanpa kita pernah membiarkan sadness mengambil alih kendali dan mengakui dirinya ada, maka Joy (kebahagiaan) tidak akan dapat kembali.
Sungguh, sejauh ini tidak ada satu pun film animasi yang mendorong saya untuk menulis secara khusus mengenai pembelajarannya, hanya Inside Out yang membuat saya menulis 2 bukan 1 artikel. Film yang luar biasa akurat namun sederhana dalam menggambarkan sebuah dinamika emosi manusia yang kompleks. Love the film so much.
Kastena Boshi.