Tidak ada satu hal pun di dunia yang dapat menggantikan kegigihan.
Bakat tidak dapat; tidak hal yang lebih umum daripada orang-orang yang tidak sukses namun penuh bakat.
Kejeniusan tidak dapat; sangat banyak orang jenius yang tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya atas kejeniusan mereka.
Pendidikan tidak dapat; di dunia ini penuh dengan orang berpendidikan yang terabaikan.
Kegigihan dan usaha yang pantang menyerah adalah hal yang paling penting.
Hal tersebut telah memecahkan dan akan terus memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
– Calvin Coolide –
Tanggal 10-14 Desember 2010, saya wisata ke gunung Wuyi (武夷山). Gunung ini adalah salah satu peninggalan warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh PBB. Pada hari pertama, saya harus mendaki gunung ini dua kali. Pertama sebelum makan siang, kedua setelah makan siang. Pada kesempatan kedua, kami semua mendaki menuju puncak tertinggi di wuyishan, namanya adalah Tianyou Peak (天游峰). Saat kami akan memanjat suasananya sudah mulai akan gelap (musim dingin, siang lebih pendek), jadi kami hanya punya waktu 1.5 jam untuk mendaki dan kembali.
Saya sangat bersemangat untuk mendaki gunung itu dan percaya saya pasti paling cepat sampai di puncak. Tetapi tidak semua peserta semangat untuk mendaki, ada yang bahkan tidak mau mendaki dengan segala macam alasan yang bisa mereka berikan.
Menit-menit awal, saya masih cepat dan gesit, namun beberapa lama kemudian nafas saya mulai ngos-ngosan. Tetapi saya tetap berhasil sampai di tengah-tengah gunung. Di tengah-tengah perjalanan, saya istirahat sebentar dan foto-foto.
Beberapa peserta yang ikut mendaki memutuskan menyerah karena kecapaian dan tidak mau lanjut. Padahal sebelum mendaki, kebanyakan dari mereka semangat dan bilang mereka bakal mendaki sampai ke puncak. Tapi baru sampai di tengah-tengah, mereka sudah menyerah. Sebagian dari mereka berkata :
“Sampai di sini sudah cukup, sudah cukup indah.”
“Sudah ga kuat lagi, tangganya ga abis-abis.”
“Takut manjat capek-capek, sampai atas harus buru-buru balik ke bawah, ga guna.”
Jadi hanya sebagian kecil dari peserta yang melanjutkan pendakian, berikut saya. Perjalanan dilanjutkan dan ternyata semakin curam perjalanan. Anak tangganya semakin tinggi dan semakin kecil. Napas dan stamina juga semakin pendek. Kaki sudah mulai kehilangan tenaga. Akan tetapi saya merasa walau sudah mendaki lama, puncak tidak semakin dekat dan tidak sampai-sampai. Yang terlihat hanya batu dan anak tangga.
Berkali-kali di pikiran selalu terlintas kata “stop & quit”, dan sampai satu titik saya benar-benar berhenti cukup lama, istirahat, dan berpikir untuk berhenti mendaki dan kembali ke bawah. Sampai tiba-tiba teman saya, perempuan asal Filipina, menepuk punggung saya dan bilang “Jia you!” dan dia lanjut jalan. Melihat teman saya tersebut dan sebagian besar “terbakar” rasa gengsi sebagai pria, saya akhirnya memutuskan lanjut. Saya akhirnya kembali berjalan dan terus memikirkan apa yang akan saya peroleh di puncak. Apa yang akan saya lakukan jika sudah sampai di atas. Saya sambil terus mendaki sampai berkeringat (walau saat itu musim dingin) dan sambil terus memikirkan apa yang akan saya lakukan di puncak.
Akhirnya saya sampai di puncak. Saya berteriak sekencang-kencangnya dan terdengar gaung kembali ke saya. Pemandangan di puncak luar biasa indah, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan waktu saya di tengah-tengah. Saya memfoto semua pemandangan itu, tapi menurut saya foto pun tidak bisa menangkap seluruh keindahannya.
Saat kembali ke bawah, semua teman-teman saya yang berhasil mendaki sampai puncak punya cerita dan pengalaman yang luar biasa. Cerita dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang yang hanya mendaki sampai di tengah gunung. Terlebih lagi dibandingkan dengan mereka yang menyerah bahkan sebelum mendaki.
Teman-teman, kita semua dapat berkaca dalam pengalaman kecil saya tadi. Dalam hidup, kita selalu berusaha mencapai sesuatu, baik dalam sekolah, pekerjaan, percintaan, dsb. Segala usaha yang kita lakukan adalah ibarat mendaki gunung. Puncaknya adalah segala yang kita idam-idamkan.
Dalam kenyataan hidup, saat kita berusaha mendaki mencapai puncak, terdapat 3 karakter orang, yaitu :
1. Quitter
Ini adalah karakter orang-orang yang menyerah bahkan sebelum pernah berusaha. Orang dengan karakter quitter dalam cerita saya di atas adalah mereka yang tidak mau mencoba mendaki saat melihat tingginya gunung yang harus didaki. Ketika mereka diberikan sebuah pekerjaan, sebuah kesempatan, yang pertama mereka lakukan adalah mengeluhkan semua sisi negatif dari pekerjaan atau kesempatan tersebut. Kemudian mereka akan mulai membeberkan semua kesulitan demi kesulitan yang akan dihadapi dalam usahanya, walau mereka belum mulai berusaha. Lalu mereka akan mulai memprediksikan semua kemungkinan buruk kalau mereka gagal, walau mereka belum tentu gagal. Terakhir mereka akan memberi alasan yang luar biasa banyak supaya mereka tidak melakukan semua itu.
Tidak menutup kemungkinan juga seorang Quitter melakukan sebuah usaha. Namun biasanya mereka banyak mengeluh banyaknya masalah yang datang ke mereka (terkadang bahkan dalam keluhan mereka, seakan-akan hanya mereka yang kena masalah ini). Setelah itu mereka seringkali bertanya “apa salah mereka” dan “kenapa masalah ini bisa datang ke mereka“. Kemudian mereka mulai memberikan alasan kepada orang lain bahwa dirinya sudah melakukan sekuat tenaga tetapi rintangan yang dihadapi terlalu besar untuk diselesaikan. Terakhir mereka memutuskan menyerah.
2. Camper
Orang tipe ini adalah orang yang pada awalnya terlihat optimis dan bersemangat, tapi saat masalah mulai melanda, mereka mudah sekali goyah dan berhenti di tengah-tengah perjuangan. Ciri khasnya adalah mereka terlalu cepat puas dan tidak mau berusaha lebih. Biasanya mereka senang dan terbuai dengan kondisi mereka, pencapaian mereka dan tidak berusaha lebih. Walaupun bagi orang lain yang melihat, seharusnya dirinya punya potensi untuk lebih dari itu.
Mereka terkesan orang yang tidak mau capek-capek berusaha lebih, asalkan mereka sudah mendapat sesuatu. Kalau di sekolah, ini tipe anak-anak yang cuma dapat 6-7 saja, tapi puas dengan angka itu. Terkadang pada awalnya mereka berkata ke orang lain bahwa mereka puas dengan pencapaian mereka, semua itu hanya untuk menghibur diri sendiri. Tapi lama-kelamaan mereka menjadi benar-benar puas dengan pencapaian setengah-setengah mereka.
3. Climber
Ini tipe orang yang seberapapun banyaknya halangan yang merintang, mereka tidak pernah putus asa dan menyerah. Mereka akan terus mencoba, walau jatuh berkali-kali, walau capek seperti apapun sampai akhirnya mimpi dan tujuannya tercapai.
Teman-teman, saat ini coba renungkan sedikit, secara garis besar teman-teman seringnya menjadi orang dengan karakter apa?
QUITTER?
CAMPER?
CLIMBER?
Quitter tidak pernah akan mendapatkan apapun, karena mereka bahkan tidak pernah mencoba maka mereka tidak akan pernah mendapatkan apapun. Seperti yang saya pernah tulis di tulisan saya terdahulu, tanpa pernah menanam maka kita tidak akan mendapatkan buah apapun.
Camper adalah tipe orang yang paling parah, karena mereka hanya akan terus berada di hidup yang biasa-biasa saja. Puas berada disana, dan sulit untuk berusaha lebih. Ini adalah perangkap paling luar biasa dalam hidup kita. Karena kita seringkali terbuai dalam kondisi ini, kondisi berkecukupan, sehingga kita tidak perlu berusaha lebih. Seorang Quitter, tidak pernah mendapatkan apa-apa, tapi karena dalam kondisi mereka yang selalu berada di bawah dan tidak mendapatkan sesuatu, mereka mempunyai potensi untuk suatu saat berkata “CUKUP”, dan berubah untuk berusaha keras keluar dari kondisi mereka.
Climber mungkin memang tidak selamanya mendapatkan apapun yang mereka inginkan, tetapi climber adalah orang-orang yang memiliki kemungkinan sangat besar dibanding siapapun juga untuk berhasil mencapai mimpi, tujuan hidup mereka. Mereka selalu berusaha pantang menyerah demi tujuan dan mimpi mereka, tidak peduli halangan yang ada. Karena bukan rahasia lagi bahwa tanpa determinasi dan kegigihan, kita tidak akan pernah mencapai apapun dalam hidup kita.
Teman-teman, hidup kita saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan kita di masa lalu. Sedangkan masa depan kita adalah hasil dari pilihan kita pada saat ini. Kita pasti tidak dapat merubah masa lalu, tetapi masa depan ada di tangan kita. Mau seperti apakah masa depan kita?
Apakah kita mau menjalani hidup yang tidak bermakna, hidup yang biasa-biasa saja, atau hidup yang berkesan dan indah untuk selalu dikenang? Semua itu tergantung diri teman masing-masing, pada hari ini, saat ini, memilih untuk menjadi karakter yang seperti apa.
Saya tahu, bahwa dalam hidup, kita akan menemukan satu titik di mana kita sudah merasa sangat tidak berdaya, muak, jenuh dan capek akan semua usaha yang kita lakukan, akan semua rintangan yang kita hadapi. Tapi itu semua tidak dapat dihindari. Setiap tujuan, setiap keberhasilan, akan selalu ditemani oleh rintangan dan kesulitan. Oleh karena itu kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi semua itu. Karena percayalah teman-teman, ketika teman-teman berhasil, semua keringat teman-teman akan terbayar tuntas. Jika teman-teman merasa capek dan tidak berdaya, beristirahatlah sejenak. Beristirahat tentu boleh, tetapi bukan berarti diam selamanya dan tidak bergerak maju kembali. Hanya mengambil nafas, menguatkan kaki, membayangkan indahnya puncak, dan kita siap melangkah lagi.
Semoga di tahun yang baru, tumbuh pula semangat yang baru di hati teman-teman dan terus menguat sampai semua tujuan dan mimpi teman-teman tercapai. HAPPY NEW YEAR….
Kastena Boshi
follow me @WilliamSBudiman
keren ^^ inspirational 🙂 🙂 🙂
bagus.. 🙂 laen kali kl bawain training ttg quitter, camper, climber, pake ini lah.. hehehe… :p
Artikel yang luar biasa..
Keren mampus deh, belajar tetap gigih dlm hidup ditengah2 masalah dan rintangan.
ilike it!!
Ah! Ini dia yg gue bilang kayaknya gue dah pernah baca hehehe! xD
Setuju! Dan gue dah pernah baca serupa ini seinget gue, tp bukan di blog lu. Pas dulu mau nyekjen sempet baca2 buku yg ada 3 karakter itu =)
Buat Ipy cocok neh: jangan puas jadi WA kalo belom jadi sekjen (YA GA BE?! xD)
ga bisa lebih setuju dr itu.. betul, ga bisa cukup puas cuma jadi WA!! hehehe.. btw ketemu die aja udah susah banget yak di dunia maya..
Gw climber! ya setidaknya berusaha menjadi climber. Meskipun mental suka goyah tapi tetap pantang menyerah! hahahahahaha.
Sekarang saya sudah jadi sekjen meskipun belum official. Belajar dari perjuangan yang cukup berat untuk mencapainya. Segala dukungan serta perjuangan yang dilakukan benar-benar jadi modal yang sangat berharga.
Kadang gw memang merasa bingung kapan ya sebaiknya gw berhenti.. kadang merasa bodoh karena itu. Seolah ga ada jalan, tapi mau tetap maju.. Beda tipis sama menerima realita ya. 🙂
kadang-kadang realita itu bisa diciptakan sendiri.. Gwa sangat setuju dengan peribahasa “di mana ada kemauan, di sana pasti ada jalan”!!
Jadi ketika loe bingung karena berasa ga ada jalan lagi, lebih baik buat jalan sendiri!
Sangat memotivasi 😀