The Pot of Life

Teman-teman, menemukan tempat kerja yang nyaman, menyenangkan, menawarkan kompensasi yang tepat, dan dapat menjadi tempat pengembangan diri yang kondusif, selalu menjadi impian setiap orang. Saya merupakan salah seorang yang beruntung dalam hal ini.

Walau hanya bekerja sekitar 5 bulan sebelum saya mendapat beasiswa ke China, bekerja di PT. Dankos Farma merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Di luar dari saya mendapatkan meja paling kecil di antara rekan kerja yang lain, di sana saya bekerja dengan rekan-rekan yang menyenangkan dan atasan yang luar biasa. Saya juga belajar banyak sekali hal baru, baik dalam skill, attitude, kebiasaan sehari-hari, pandangan hidup, dll.

  1. Saya belajar bagaimana hidup rapih dari 5R di kantor, walaupun sampai hari terakhir saya tetap menjadi  orang dengan temuan terbanyak ketika ada pemeriksaan 5R.
  2. Saya belajar bagaimana mendengarkan perintah atasan walau saya punya pendapat lain. Sebelumnya saya selalu menjadi orang yang berada “di atas” dan orang lain yang harus mendengarkan saya. Tapi saya selalu percaya bahwa seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang bisa dipimpin terlebih dahulu.
  3. Saya belajar untuk mencintai pekerjaan yang kita tidak sukai. Saya sangat tidak suka dengan pekerjaan administrasi di belakang meja dan layar monitor, tapi itulah jobdesc utama saya selama di Dankos. Saya percaya bahwa kita tidak akan pernah selalu mendapatkan apa yang kita mau, tapi kita selalu bisa berusaha mencintai dan memaksimalkan dari apa yang kita dapatkan.

Kalau mau diteruskan, tentunya list di atas masih dapat ditambahkan. Tapi saat ini, saya mau berbagi dengan teman-teman tentang sebuah pelajaran hidup sederhana yang saya dengar dari manajer saya. Ketika itu manajer saya sedang membawakan sebuah training. Ia bercerita tentang filosofi teko. Read More

You Are What You Think

Follow me @WilliamSBudiman

Suatu hari seorang mahasiswa Fakultas Matematika dari University of California, Barkeley , datang terlambat ke kelas. Ia terlambat karena malam sebelumnya ia bergadang sampai subuh demi mengerjakan tugas, sehingga ia terlambat bangun pada pagi harinya. Saat ia tiba di kelasnya, seluruh mahasiswa sudah tidak ada dan di depan papan tulis tertulis 2 buah persamaan statistik matematika. Dia mengira bahwa soal tersebut adalah tugas yang diberikan profesornya untuk para mahasiswa, sehingga ia menyalinnya dan segera mengerjakannya. Saat mengerjakan soal tersebut, ia merasa bahwa soal ini jauh lebih sulit dari soal biasanya, sehingga ia membutuhkan waktu lebih lama dari seharusnya.

Beberapa hari kemudian ia datang ke profesornya (Profesornya bernama Jerzy Newman) untuk menyerahkan PRnya. Ia menyerahkan PR tersebut sambil meminta maaf karena telah terlambat kelas waktu itu dan terlambat menyerahkan PR. Ia menanyakan apakah PR ini masih diterima oleh profesornya. Profesornya saat itu sedang sibuk mengerjakan suatu hal, sehingga ia hanya meminta mahasiswa ini untuk meletakkan PR di meja si Profesor yang sudah sangat penuh dengan buku dan makalah-makalah lainnya.

Sekitar 6 minggu setelahnya, tiba-tiba sang mahasiswa ini terbangun karena sebuah ketokan yang berulang-ulang di pintu apartemennya. Ternyata tamu tersebut adalah profesornya yang sangat terlihat senang dan antusias, berkata “Saya sudah menuliskan kata pendahuluan untuk makalahmu! Segera periksa agar dapat segera dikirim untuk dipublikasikan!” Mahasiswa tersebut bingung apa yang sedang dibicarakan oleh profesornya.

Singkat cerita, ternyata 2 buah soal matematika yang ada di papan, yang dikira sebagai PR oleh mahasiswa tersebut, adalah 2 buah soal matematika yang tidak terpecahkan sejak lama oleh para ahli matematika dan statistik. 2 soal tersebut lebih tepat dikatakan sebagai 2 rumus statistik yang belum dapat dibuktikan, sampai mahasiswa tersebut membuktikannya kemudian. Mahasiswa ini bernama George Dantzig, seorang ahli statistik dan matematika terkenal di dunia saat ini.

Read More