Kisah Luar Biasa Menjadi Luar Biasa Salah

Follow me @WilliamSBudiman

Sejak saya kecil, saya sangat suka membaca kisah-kisah dari para tokoh sukses. Waktu saya membaca kisah inspirasi tersebut dari buku komik “Seri Tokoh Dunia”. Sepertinya buku komik itu adalah buku wajib yang dibelikan oleh orangtua ke anaknya yang masih duduk di SD, dan itu juga buku wajib yang dapat kita temukan di setiap perpustakaan sekolah. Saya yakin 80% dari teman-teman yang membaca tulisan saya ini pasti pernah membaca buku tersebut.

Buku seri tokoh dunia

Sekarang, saya membaca kisah sukses tokoh bukan lagi melalui buku komik, tetapi melalui buku-buku motivasi dan pengembangan diri, buku kumpulan kisah inspiratif seperti Chicken Soup (a very great books by the way), maupun dari artikel-artikel yang dapat kita temukan di dunia maya. Saya yakin bahwa bukan hanya saya pencinta kisah inspirasif dan kisah sukses ini, tapi hampir semua orang sangat suka membaca atau mendengarnya.

Why we love that kind of stories? Read More

From Nobody to Be Somebody

Ini adalah kisah hidup seorang yang luar biasa. Kisah hidup Houtman Zainal Arifin. Kisah seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia. Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.

Kisah ini dikutip dari sebuah aertikel yang saya dapat pada sebuah training. Semoga kisah ini menginspirasi teman-teman, seperti kisah ini menginspirasi saya. Berikut ini kisahnya :

Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Read More