Berani Berkarya

Bertahun-tahun berkecimpung di dunia training/workshop/seminar untuk pengembangan diri, saya seringkali didekati oleh peserta (anak sekolah, mahasiswa, pekerja profesional) di tengah-tengah jeda training/workshop, atau dikontek oleh mahasiswa yang menjadi associate trainer di Aethra Learning Center untuk sekedar bertukar pikiran dan meminta saran dari saya.

Dari semua topik yang pernah saya diskusikan dan beri saran (percintaan, masalah anak dan keluarga, masalah bos dan pekerjaan, dsb), ada satu topik yang paling sering dibicarakan dibandingkan dengan topik-topik yang lain. Topik itu adalah mengenai mimpi dan karya.

Banyak sekali yang berbicara mengenai mimpi dan karya yang ingin dilakukan, bahkan sebagian sudah sangat detil dan terdengar/terlihat/terasa menggebu ketika menceritakan apa yang ia mau. Sayangnya, sebagian besar juga dari yang bercerita lebih banyak merasa takut dan tidak tahu harus memulai dari mana.

Takut karena saya tidak bisa.

Takut karena saya kalah pintar.

Takut karena saya tidak punya kompetensinya.

Takut kalah saing dengan pesaing lain yang lebih kompeten.

Takut apa yang saya kerjakan jelek.

Takut karya saya tidak disukai.

Dan takut-takut lainnya.

Read More

Achieve your Achievement!!

ACHIEVEMENT” atau pencapaian. Topik ini sangat menarik buat saya, karena banyak sekali di antara teman-teman saya yang suka mengeluh kepada saya, bahwa mereka merasa selama hidupnya tidak pernah berhasil mencapai sesuatu yang berarti dalam hidup mereka. Bahkan saya sendiri dulu juga selalu menganggap saya tidak pernah mencapai sesuatu.

Namun sebelum saya memulai membahas mengenai pencapaian, ijinkan saya bercerita tentang hobi baru saya seminggu terakhir. Hampir selama 1 minggu terakhir ini, saya membaca ulang semua blog post dari blog lama saya di FS (Friendster). Blog ini adalah blog saya selama masa kuliah sampai masa di mana saya sedang menyusun skripsi. Hal menarik selama saya membaca blog ini adalah isi blog saya terdahulu tidak terlepas dari 3 hal besar : percintaan; keluhan kuliah & organisasi; dan terakhir olahraga. Untuk post yang mengenai percintaan, saya sempat merasa malu dan tertawa sendiri membaca tulisan saya.

Namun yang benar-benar menarik perhatian saya adalah blog saya yang berisi keluhan-keluhan. Saya merasa bahwa saya selalu gagal mencapai sesuatu di setiap acara yang saya pegang. Saya merasa tidak pernah sukses. Saya dahulu adalah salah satu aktivis di kampus. Saya mengikuti hampir semua kegiatan senat dan kemahasiswaan lainnya. Bahkan waktu saya di kampus lebih banyak dihabiskan untuk berkegiatan dibanding kuliah. Saya 2 tahun ikut dalam HIMAPSI (senat mahasiswa) dan 1 tahun terlibat dalam KOMPSI (BPM – Badan Perwakilan Mahasiswa) dalam fakultas saya. Posisi KOMPSI adalah sebagai organisasi tertinggi di fakultas psikologi, mirip dengan fungsi MPR di negara kita.

Saya akan bercerita satu project, di mana saya merasa paling gagal. Project itu adalah PsikoOpen pada tahun 2006. Saya menjabat sebagai ketua umum PsikoOpen. Acara ini adalah gabungan 2 acara tahunan psikologi atma, yaitu Psikocup (event olahraga) dan Psikonite (acara malam seni psikologi). Selama ini kedua acara tersebut berjalan terpisah dan bersifat internal. Namun tahun ini, kedua acara tersebut digabung dalam 1 event dan mengundang seluruh fakultas psikologi di Jakarta. Acara terbesar untuk Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya pada masa itu. Saya sangat bangga bisa diberikan project ini.

Masalahnya adalah karena besarnya skala project ini, maka banyak sekali tantangan yang harus saya lewati bahkan sebelum event ini berlangsung. Singkat cerita, event ini kemudian berjalan dan berakhirlah. Walau kata sebagian besar teman saya dan Ketua HIMAPSI (ketua senat) saat itu, acara ini berakhir dengan gemilang, tapi saya merasa saya gagal. Saya gagal mencapai banyak target yang saya tentukan sebelumnya. Target jumlah fakultas peserta (hanya ½ dari target awal), target pendapatan dana dan jumlah peserta dari malam kesenian, dan masalah kepanitiaan lainnya. Saya sangat kecewa saat itu. Semua indikator keberhasilan yang saya targetkan gagal tercapai.

Ini yang saya tulis di blog saya dulu ketika saya sedang menulis kaleidoskop 1 tahun kehidupan saya, sebelum saya ulang tahun ke 21 :

“Terus kita beralih ke masalah organisasi. Selama satu tahun, oktober to oktober, gwa merasakankan bgt pahitnya organisasi kemahasiswaan. Penuh intrik n konflik. Gwa ikut kepengurusan Himapsi Bimo dan Adit. Di kedua kepengurusan itu gwa menemukan dua tipe pemimpin yang berbeda. Kemudian di kedua kepengurusan itu gwa memperjuangkan satu hal yaitu Psiko Open!! Demi acara ini,gwa yang waktu itu sedang sakit n suara hilang harus bela-belain menghadap KOMPSI untuk memperjuangkan acara ini bisa diwariskan dari kepengurusan Bimo ke Adit. Acara Psychology Open 2006 is my dream n my ambition!!! Till now this event is the biggest event Pschology Atmajaya ever. So i’m so proud to be the one who got the responsiblity to make it success. But what i can see now, i have failed!!! Hehehe ini adalah satu pelajaran paling beharga dalam hal berorganisasi buat gwa…”

Teman-teman, seandainya boleh ikut menilai. Menurut teman-teman apakah saya terhitung gagal? Saya pribadi pada saat itu menganggap saya gagal, walau saya yakin saya belajar banyak. Keyakinan tersebut bertahan sampai kurang lebih satu tahun yang lalu. Saya baru menyadari bahwa saya sama sekali tidak gagal.

Read More

The Garuda Way

Teman-teman, kita sebagai bangsa Indonesia tentunya tahu bahwa Burung Garuda adalah lambang negara kita. Burung Garuda bukan hanya sekedar lambang negara kita, bukan sekedar judul lagu nasional, bukan juga hanya sekedar hiasan di kelas-kelas dan kantor-kantor, apalagi hanya sekedar nama maskapai penerbangan. Burung Garuda mengisyarakatkan semangat yang luar biasa! Tapi apakah kita sebagai bangsa Indonesia meletakkan semangat Burung Garuda tersebut tepat di dada kita dan mengikuti semangatnya dalam menjalani hidup kita?

Mungkin setelah teman-teman membaca kalimat terakhir saya tadi, ada pertanyaan yang timbul : “Semangat apa? Semangat apa yang dimiliki Burung Garuda?”

Apabila pertanyaan tersebut muncul di diri teman-teman, saya rasa itu adalah hal yang sangat wajar, mengingat banyak orang yang mungkin sangat tidak mengenal Burung Garuda sebagai simbol bangsa kita. Saya juga seperti itu sampai beberapa hari lalu saya membaca blog teman saya dengan sebuah cerita yang luar biasa di dalamnya. (http://kalengorange.wordpress.com/2010/11/30/elang/)

Dalam blognya, dia bercerita tentang elang jawa. Tahu kah teman-teman, elang jawa adalah gambaran identik dengan lambang negara kita Burung Garuda?

Burung Garuda digambar berdasarkan rupa dari elang jawa. Read More