Success “The Geocentric” Vs. Happy “The Heliocentric”

Teori GeosentrisSebelum tahun 1543, hampir seluruh penduduk di dunia percaya pada Teori Geosentris, bahwa matahari berputar mengeliling bumi. Bumi adalah pusat dari tata surya. Sampai kemudian seseorang astronom bernama Nicolaus Copernicus menyatakan hal yang sebaliknya, yaitu : Matahari adalah pusat dari galaksi. Bahwa bumilah yang bergerak berputar mengeliling matahari. Teori ini kemudian di kenal sebagai Teori Heliosentris.
Teori Heliosentris

Copernicus menuliskan temuannya itu dalam karya terobosannya yang berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (mengenai perputaran bola-bola langit), yang diterbitkan pada tahun 1543. Teori Copernicus yang dinyatakannya dalam karyanya ini langsung mendapat hinaan dan kritikan.

Christoph Clavius, seorang Imam Yesuit pada abad ke-16, mengatakan, “Teori Copernicus memuat banyak pernyataan yang tidak masuk akal atau salah”.

Teolog Jerman, Martin Luther, menyayangkan, “Si dungu itu akan mengacaukan seluruh ilmu astronomi”.

Seiringnya berjalannya waktu dan kemajuan ilmu pengetahuan, barulah terbukti bahwa Teori Heliosentris Copernicus terbukti benar. Read More

Berteman dengan Kesalahan dan Kegagalan

Pekerjaan sebagai seorang trainer membawa saya bertemu dengan banyak orang-orang baru. Bertemu dengan teman-teman baru dari banyak latar belakang keluarga, agama, ras, ekonomi, umur, pendidikan bahkan bangsa yang berbeda. Pengalaman bisa berkenalan dan “bersentuhan” dengan banyak karakter individu yang unik inilah merupakan salah satu sebab mengapa saya mencintai pekerjaan saya ini. Kesempatan saya untuk belajar bersama dengan para peserta yang luar biasa di banyak kegiatan membuat saya melihat ada satu kesamaan ditengah-tengah perbedaan karakteristik para peserta. Kesamaannya adalah sebagian besar dari para peserta pelatihan, seminar dan workshop saya memiliki hambatan dalam memberikan pendapat!

Ketika saya mengajukan pertanyaan ataupun sebuah pernyataan, hanya sebagian kecil dari peserta saya yang berani untuk menjawab dan berpendapat. Sebagian besar lainnya memilih untuk tetap diam dan menjadi pendengar yang baik. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi ketika saya membantu sebuah training di Iran, fenomena ini pun terjadi. Hanya sebagian kecil peserta yang aktif dan berani memberikan pendapat. Tentunya banyak hal yang dapat menyebabkan fenomena ini, namun saya melihat ada satu penyebab yang cukup dominan, yaitu : TAKUT SALAH! Read More

Bend It Like Beckham part 1

follow me @WilliamSBudiman

Saya sudah mengenal sepakbola sejak dulu, tapi saya tidak pernah berminat untuk mengikutinya. Tapi semua itu berubah setelah tanggal 17 Agustus 1996. Saat itu tanpa sengaja saya menyaksikan pertandingan sepakbola antara Manchester United vs. Wimbledon di TV. Pada awalnya saya hanya iseng-iseng nonton, karena tidak ada acara lain. Namun pada menit-menit akhir pertandingan, saya melihat kejadian yang sangat berkesan buat saya. seorang pemain muda asal Inggris menyetak gol dari jarak 71,5 meter, lebih dari ½ lapangan sepakbola!Kejadian itu hanya berlangsung kurang dari 4 detik, tapi benar-benar mengagumkan buat seorang anak kecil berusia 11 tahun. Gol tersebut kemudian dinyatakan sebagai “Goal of The Decade” (gol terbaik dalam 1 dekade) Liga Premier Inggris pada tahun 2003, kurang lebih 7 tahun setelah gol tersebut terjadi.  Pesepakbola itu adalah David Robert Joseph Beckham atau lebih dikenal sebagai David Beckham. Sejak saat itu saya mengidolakan David Beckham dan mengikuti terus kisah karir sepakbolanya.

David Beckham bukan sekedar pahlawan masa kecil saya, tapi ia adalah role model saya sampai saat ini. Beckham sebagai seorang pemain bola, sebagai pribadi, memberikan banyak pelajaran yang berharga bagi saya. Karakter yang terus saya ikuti dan tiru sampai saat ini. Read More