Manusia, Anak Tangga & Kunci

Ada sepasang kakak beradik. Mereka berdua tinggal di apartemen di lantai 80. Suatu hari saat mereka kembali ke rumah setelah berlibur, ternyata ada pemadaman listrik di gedung apartemen mereka selama 1 hari penuh. Walaupun mereka membawa satu tas punggung besar dan berat, mereka tidak punya pilihan lain selain naik tangga darurat untuk kembali ke apartemen mereka. Sang kakak berkata, “kita saat ini hanya bisa naik tangga kalau ingin pulang.” Akhirnya kakak beradik ini pun menuju tangga darurat dan mulai mendaki tangga satu per satu.

Awal pendakian, mereka masih penuh dengan tenaga dan  saling bercerita tentang liburan mereka. Bercanda dan tertawa. Namun sesampainya di lantai 20, mereka mulai kelelahan. Sang kakak kembali berkata, “wah, tas punggung kita terlalu berat! Bagaimana kalau kita tinggalkan saja tas kita disini, kemudian saat listrik sudah nyala kembali, kita baru kembali mengambil tas kita.” Sang adik pun setuju dengan ide tersebut. Mereka akhirnya menaruh tas mereka yang berat di lantai tersebut dan melanjutkan mendaki.

Mereka melanjutkan mendaki sambil tertawa-tawa dan bercanda. Sampai akhirnya di lantai 40, mereka benar-benar sudah merasa kelelahan. Mereka mulai frustasi karena walau mereka sudah kelelahan, ternyata mereka baru mendaki setengah jalan. Saat itu kakak beradik ini mulai saling menggerutu dan saling menyalahkan. Saling menunjuk mengapa tidak perhatian dan mengingat pengumuman tentang pemadaman listrik. Mereka sambil bertengkar sambil lanjut mendaki. Read More

Achieve your Achievement!!

ACHIEVEMENT” atau pencapaian. Topik ini sangat menarik buat saya, karena banyak sekali di antara teman-teman saya yang suka mengeluh kepada saya, bahwa mereka merasa selama hidupnya tidak pernah berhasil mencapai sesuatu yang berarti dalam hidup mereka. Bahkan saya sendiri dulu juga selalu menganggap saya tidak pernah mencapai sesuatu.

Namun sebelum saya memulai membahas mengenai pencapaian, ijinkan saya bercerita tentang hobi baru saya seminggu terakhir. Hampir selama 1 minggu terakhir ini, saya membaca ulang semua blog post dari blog lama saya di FS (Friendster). Blog ini adalah blog saya selama masa kuliah sampai masa di mana saya sedang menyusun skripsi. Hal menarik selama saya membaca blog ini adalah isi blog saya terdahulu tidak terlepas dari 3 hal besar : percintaan; keluhan kuliah & organisasi; dan terakhir olahraga. Untuk post yang mengenai percintaan, saya sempat merasa malu dan tertawa sendiri membaca tulisan saya.

Namun yang benar-benar menarik perhatian saya adalah blog saya yang berisi keluhan-keluhan. Saya merasa bahwa saya selalu gagal mencapai sesuatu di setiap acara yang saya pegang. Saya merasa tidak pernah sukses. Saya dahulu adalah salah satu aktivis di kampus. Saya mengikuti hampir semua kegiatan senat dan kemahasiswaan lainnya. Bahkan waktu saya di kampus lebih banyak dihabiskan untuk berkegiatan dibanding kuliah. Saya 2 tahun ikut dalam HIMAPSI (senat mahasiswa) dan 1 tahun terlibat dalam KOMPSI (BPM – Badan Perwakilan Mahasiswa) dalam fakultas saya. Posisi KOMPSI adalah sebagai organisasi tertinggi di fakultas psikologi, mirip dengan fungsi MPR di negara kita.

Saya akan bercerita satu project, di mana saya merasa paling gagal. Project itu adalah PsikoOpen pada tahun 2006. Saya menjabat sebagai ketua umum PsikoOpen. Acara ini adalah gabungan 2 acara tahunan psikologi atma, yaitu Psikocup (event olahraga) dan Psikonite (acara malam seni psikologi). Selama ini kedua acara tersebut berjalan terpisah dan bersifat internal. Namun tahun ini, kedua acara tersebut digabung dalam 1 event dan mengundang seluruh fakultas psikologi di Jakarta. Acara terbesar untuk Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya pada masa itu. Saya sangat bangga bisa diberikan project ini.

Masalahnya adalah karena besarnya skala project ini, maka banyak sekali tantangan yang harus saya lewati bahkan sebelum event ini berlangsung. Singkat cerita, event ini kemudian berjalan dan berakhirlah. Walau kata sebagian besar teman saya dan Ketua HIMAPSI (ketua senat) saat itu, acara ini berakhir dengan gemilang, tapi saya merasa saya gagal. Saya gagal mencapai banyak target yang saya tentukan sebelumnya. Target jumlah fakultas peserta (hanya ½ dari target awal), target pendapatan dana dan jumlah peserta dari malam kesenian, dan masalah kepanitiaan lainnya. Saya sangat kecewa saat itu. Semua indikator keberhasilan yang saya targetkan gagal tercapai.

Ini yang saya tulis di blog saya dulu ketika saya sedang menulis kaleidoskop 1 tahun kehidupan saya, sebelum saya ulang tahun ke 21 :

“Terus kita beralih ke masalah organisasi. Selama satu tahun, oktober to oktober, gwa merasakankan bgt pahitnya organisasi kemahasiswaan. Penuh intrik n konflik. Gwa ikut kepengurusan Himapsi Bimo dan Adit. Di kedua kepengurusan itu gwa menemukan dua tipe pemimpin yang berbeda. Kemudian di kedua kepengurusan itu gwa memperjuangkan satu hal yaitu Psiko Open!! Demi acara ini,gwa yang waktu itu sedang sakit n suara hilang harus bela-belain menghadap KOMPSI untuk memperjuangkan acara ini bisa diwariskan dari kepengurusan Bimo ke Adit. Acara Psychology Open 2006 is my dream n my ambition!!! Till now this event is the biggest event Pschology Atmajaya ever. So i’m so proud to be the one who got the responsiblity to make it success. But what i can see now, i have failed!!! Hehehe ini adalah satu pelajaran paling beharga dalam hal berorganisasi buat gwa…”

Teman-teman, seandainya boleh ikut menilai. Menurut teman-teman apakah saya terhitung gagal? Saya pribadi pada saat itu menganggap saya gagal, walau saya yakin saya belajar banyak. Keyakinan tersebut bertahan sampai kurang lebih satu tahun yang lalu. Saya baru menyadari bahwa saya sama sekali tidak gagal.

Read More