Bahaya Dari Pujian

Saya masih ingat sebuah kejadian yang membuat saya berpikir dan merenung. Kejadian tersebut sebenarnya hanyalah kejadian sederhana yang mungkin terjadi setiap hari di sekeliling kita, namun terlewat oleh kita karena sudah menjadi sebuah kewajaran. Kejadian tersebut adalah seorang ayah yang sepertinya sedang berusaha meyakinkan dan membesarkan hati anaknya yang terlihat sedih karena sepertinya kalah dalam sebuah perlombaan. Dalam kejadian tersebut, ayahnya berkata “Sudah, Kak, tidak apa-apa. Kamu hebat sekali kok tadi. Penampilan kamu yang paling baik di sana, hanya kurang beruntung saja. Kamu punya kemampuan itu, lain kali pasti bisa menang! Sudah jangan sedih lagi.”

Saya memperhatikan kejadian itu dari tempat duduk saya yang berdekatan dengan mereka. Dan setelah mereka sekeluarga pergi dari tempat tersebut dan saya sudah pulang ke rumah. Saya masih belum bisa menghapus kejadian tersebut dari kepala saya. Kata-kata ayahnya masih terngiang. Hal tersebut adalah sebuah kejadian biasa, dan sangat masuk akal dilakukan oleh seseorang kepada orang yang dikasihinya. Anda juga mungkin akan melakukan hal tersebut jika berada di posisinya. Saya juga mungkin sudah sering melakukan hal tersebut. Kita akan memberikan kata-kata pujian dan penilaian positif untuk menghibur dan menyemangati orang yang kita kasihi agar menjadi bangkit kembali. Namun, hari itu saya berpikir bahwa mungkin apa yang dilakukan ayah tersebut, malah akan berbalik menjadi tidak produktif dan tidak sesuai dengan harapannya.

Apa yang membuat saya berpikir seperti itu?

Read More

Saat Hati Anda Tidak Dapat Tersenyum

Sosial Media di Indonesia bukan hanya merupakan sebuah sarana untuk berkomunikasi. Sosial media seperti Facebook, Twitter, Path, dan sebagainya, mempunyai fungsi baru yaitu sebagai konselor terapis hati. Hampir setiap hari di timeline Facebook atau Twitter kita bisa melihat curhat colongan banyak orang. Mau dari curhat yang mengenaskan hati sampai memanaskan hati para pembacanya.

social-media-confusionSebagai konselor terapis hati, facebook dan twitter memiliki segala kriteria terbaik seorang konselor, yaitu : pendengar yang baik, tidak akan menginterupsi, dan tidak menilai buruk kita. Buktinya facebook dan twitter sekarang ini adalah konselor terapis hati dengan jumlah pasien terbesar di Indonesia, di mana saya termasuk salah satu daftar pasien setianya. Apalagi jika saya kebetulan sedang saya baru saja mengalami sebuah peristiwa yang mengecewakan dan menyedihkan. Walaupun banyak orang merasa sosmed jangan dijadikan area curhat, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ketika bisa curhat di sosmed terkadang membawa kelegaan tersendiri.

Kalau kita adalah pengikut prinsip : kita tidak dapat dan tidak perlu menyenangkan semua orang, dan jadilah diri sendiri. Maka kita harus konsisten dengan hal tersebut. Jangan marah juga ketika orang lain berusaha menjadi dirinya sendiri, yang mungkin salah satunya adalah curhat di sosmed. Kita harus belajar untuk bisa menerima bahwa cara setiap orang mengekspresikan dan mengelola kekecewaan dan kesedihan itu berbeda-beda.

Berbicara soal mengelola perasaan kecewa atau sedih, saya seringkali dikatakan oleh teman-teman saya bahwa saya orang yang pintar mengelola emosi. Bahkan ketika menghadapi masalah besar, saya mampu membawa diri dengan baik di luar. Saat ini saya ingin berbagi sedikit rahasia bagaimana saya bisa mengelola emosi diri dengan baik. Namun sebelumnya, saya akan sedikit menjelaskan sedikit tentang psikologis manusia.

Dalam diri manusia terdapat 3 elemen utama yang berpengaruh besar dalam kehidupan kita sehari-hari. 3 elemen tersebut adalah Pikiran, Emosi, Tubuh. Saya singkat dengan sebutan PET.

Pikiran (mind), Emosi (emotion), dan Tubuh (body), ketiga elemen ini saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain dan pada akhirnya menghasilkan perilaku tertentu.

Ketika emosi kita mengalami perubahan, maka kondisi pikiran dan tubuh lainnya ikut berubah. Demikian juga seandainya pikiran atau tubuh kita mengalami perubahan, maka dua elemen lainnya ikut terpengaruh.

Read More